Lama berselang, satu dua tiga dan seluruh pengunjung lain ikut memberi suara. Mereka mulai mengisi bagian-bagian kosong dengan tanggapan atas tulisan pertama, bahkan sampai ngalor ngidul ke arah percakapan soal janji temu, candaan konyol, dan masih banyak tulisan lain.
Goresan itu dibuat dari berbagai ujung pena, spidol, lipstik, bahkan bara puntung rokok, darah, dan apa pun bahan yang dapat digunakan untuk menulis. Bagi mereka yang masuk ke dalam bilik toilet tersebut, rasanya sangat perlu untuk menuliskan barang satu dua kata di tembok dan di balik pintu yang kini sudah penuh dengan coretan.